COKELAT
JAMPE-JAMPE
1.
PEMERAN :
1.
Anton Septiansyah sebagai Naufal.
2.
Dwiki Faizal M sebagai Adib.
3.
Fatin Nurwahidah sebagai Khirani.
4.
Linda Maulani sebagai Azilla.
5.
Nugraha Awaluddin sebagai Mbah Dukun.
2.
JALAN CERITA :
Siang hari di kantin kampus Arghatafia,
terlihat dua orang mahasiswi sedang berbincang-bincang. Ia adalah Azilla si
gadis sombong dengan sahabatnya – Khirani, gadis baik hati yang sikapnya jauh berbeda
dengan Azilla. Azilla sedang menanyakan kepada Khirani apa penyebab ia dijauhi
kaum adam. Sehingga sampai detik ini ia belum mempunyai kekasih hati.
Azilla : “Khiran, gue pengen banget
punya pacar. Tapi sampai detik ini cowo-cowo yang gue taksir gak pernah suka
sama gue?”
Khirani : “Sabar dulu! Mungkin belum
waktunya, belum saatnya kamu punya pacar.”
Azilla : “Sampai kapan gue harus
bersabar?”
Khirani : “Tapi kan Tuhan udah ngatur
jodoh kita, jadi kita gak usah terlalu
mengkhawatirkannya!”
Azilla : “Tapi kan gue malu Ran,
cantik oke, tajir iya. Masa sih pacar aja gak punya? Mau ditaro dimana muka gue?”
Khiran : “Nah itu yang jadi pokok
masalahnya. Harta kamu yang membuat kamu sombong dan itu juga yang membuat kamu
ini terlalu mengindah-indahkan harta.”
Azilla : “Apa hubungannya?”
Khirani : “Adalah, kamu pasti tahu apa
hubunganya harta dan kesombonganmu!”
Azilla : “Ya udahlah gue pulang
dulu. Males banget gue kalo udah ngomongin yang kaya gitu.” (pergi meninggalkan Khirani)
(Brruuukkkk ...)
Azilla : “Lo bisa liat gak sih? Mata
lo disimpen dimana, hah? Basah nih baju gue, lo tahu gak harganya berapa? Uang
saku lo sebulan gak bakal cukup untuk beli baju ini.”
Adib :
“Maaf, gak sengaja.”
Naufal : (sinis) “Eh, maaf ya! Namanya juga ga sengaja. Harusnya maklumi
dong! Jadi cewe kok kasar banget.”
Adib :
“Maaf.” (pergi meninggalkan Azilla)
Azilla : “Eh...eh... mau kemana lo? Main kabur aja. Tanggung jawab dong!”
Khirani : “Udah-udah sabar, Zi!”
Malam harinya Azilla datang ke rumah
Khirani. Khirani yang sedang membaca buku merasa terganggu akan kedatangan
Azilla.
Azilla : “Khiran, gue inget terus
kejadian tadi siang. Gue pikir-pikir ternyata itu cowo cakep juga. Menurut lo?”
Khirani : “Menurutku ganteng, kenapa
kamu suka?” (menoleh kearah Azilla namun
sedetik kemudian melanjutkan baca buku kembali).
Azilla : “Iya, kayaknya gue suka
sama cowo itu. Gue nyesel marah-marah sama dia. Gimana caranya ya buat minta
maaf sama dia?”
Khirani : “Ya udah minta maaf aja
langsung. Nanti aku antar.” (tanpa
mengalihkan pandangannya dari buku).
Azilla : “Ya udahlah, lo emang
sahabat yang paling baik!” (tersenyum).
Keesokan harinya, Azilla berniat utuk
meminta maaf kepada Adib dengan ditemani oleh Khirani. Namun, mereka tidak
berjumpa dengan Adib melainkan berjumpa dengan Naufal – teman Adib. Azilla pun
mendekati Naufal yang sedang membaca buku.
Azilla : “Eh mana temen lo?”
Naufal : (menutup buku – menatap Azilla sinis) “Ngapain lo nyariin Adib? Mau
nyuruh dia buat bayar baju lo yang mahal itu?”
Azilla : “Oh namanya Adib. Jangan
sok tahu lo! Gue nyari dia buat minta maaf sama dia. Udah deh sekarang dimana
si Adib!”
Naufal : “Gue gak tahu, masih di jalan
kali.” (membaca kembali buku yang
dipegannya).
Azilla : “Males gue ngomong sama lo.”
Naufal :
“Ya udah sana pergi hush...hush...” (mengibasibaskan
tangannya – mengusir Azilla)
Namun ketika Azilla
mambalikkan badannya tiba-tiba Adib muncul.
Azilla : (mendekati Adib – tersenyum) “Hai...!”
Adib :
(datar – tanpa senyum) “Hai juga.”
Azilla : “Aku minta maaf soal
kemarin, sorry udah marah-marah sama kamu.”
Adib :
(datar) “Gapapa kok, lupain aja! Namanya
juga EMOSI.” (menekankan kata emosi,
bermaksud menyindir).
“Aku duluan ke kelas.” (pergi menjauhi Azilla).
Azilla : (menatap punggung Adib yang menjauh pergi) “Gue baru nyadar kalo
ada cowo sebaik dia.”
Khiran : “Banyak kali Zi cowo yang
baik, kamunya aja terlalu menutup diri dengan kesombonganmu.”
Azilla : “Pokoknya gue harus deketin
dia dan harus milikin dia. Apapun caranya – harus.”
Khiran : “Hhh... Terserah kamu. Asal
jangan sampe ke hal-hal yang negatif. Aku duluan ke kelas ya!” (pergi meninggalkan Azilla).
Azilla : “Gimana caranya ya gue
dapetin Adib?”
(berfikir
sejenak...) “Ahh ... gue tahu.”
Keesokan harinya ...
Azilla : (mengetuk pintu).
Mbah Dukun : (membuka
pintu – menatap Azilla dari atas sampai bawah dg tatapan misterius) “Ada
apa?”
Azilla : “Begini bah, saya datang
kesini mau ...”
Mbah Dukun : (membaca
mantra – mata merem) “Hombilahom!”
“Saya tahu, pasti ada masalah.”
Azilla : “Kok tahu sih bah?” (garuk-garuk kepala belakang).
Mbah Dukun : “Ya iyalah, mau apa kesini kalau tidak
ada masalah. Mau minta sembako?”
Azilla : “Oh iya, lupa Mbah.”
Mbah Dukun masuk ke dalam
rumahnya diikuti Azilla.
Mbah Dukun : “Ada masalah apa?”
Azilla : “Tentang cowo, Mbah. Saya
ingin cowo yang saya suka jatuh cinta sama saya.”
Mbah Dukun : “Siapa nama lelakinya?”
Azilla : “Adib, Mbah.”
Mbah Dukun : “Tunggu sebentar!”
Mbah
Dukun masuk ke kamarnya – sekembalinya dari kamar Ia membawa Laptop, Hp dan
tidak ketinggalan Modem.
Azilla : “wuidihh hebat bener, pake
laptop segala. Ckckck.” (geleng-geleng
kepala).
Mbah Dukun : “Ya iyalah, namanya juga Dukun Modern.”
Tangan
Azilla baru saja akan menyentuh laptop sang Mbah Dukun namun ditepis oleh Mbah
Dukun.
Mbah Dukun : “Hey jangan disentuh!” (bisik-bisik) “Belum Lunas. Takut
rusak.”
Azilla : (berdecak) “Cih!”
Mbah Dukun : (membuka
laptop – membaca mantra, lalu mengeluarkan coklat dari balik bajunya) “Nih
... berikan cokelat ini kepada laki-laki tersebut.”
Azilla : “Buat apa Mbah?”
Mbah Dukun : “Ya buat mantralah, cantik-cantik kok bego.”
Azilla : “Oh gitu ya. Ya udah
makasih Mbah.” (pergi).
Mbah Dukun : “Eh..eh.. mau kemana kamu, maen kabur
aja. Bayar dulu.”
Azilla : “Berapa?”
Mbah Dukun : “Se-ikhlasnya saja lah.”
Azilla : (memberikan uang) “Nih.”
Mbah Dukun : “Berapa ini? Kurang, kurang, saya
santet kamu.”
Azilla : “Cih! Tadi se-ikhlasnya” (memberikan uang lebih) “Nih.”
“Ya udahlah Mbah, saya mau pulang.”
Belum jauh melangkah, Azilla kembali
lagi ke tempat Mbah Dukun.
Azilla : (teriak-teriak) “Mbah-mbah punya twitter gak?”
Mbah Dukun : “Punya lah, namanya juga Dukun Modern.
Emangnya kenapa?”
Azilla : “Takut nanti cokelatnya gak
ampuh, jadi nanti saya tinggal mention saja. Apa Username-nya Mbah?”
Mbah Dukun : “Ish pasti mujarab lah. Namanya @dukun_modern follow ya! Yang ava-nya
gambar kapak merah.”
Azilla : “Siap Mbah. Ya sudah saya
mau pulang ya Mbah.”
(balik
lagi) “Mbahhh.......!!!”
Mbah Dukun : “Apa lagi?”
Azilla : (sun tangan) “Makasih Mbah.”
Mbah Dukun : “Ya ya... Sudah sana pulang!” (geleng-geleng kepala) “Dasar anak
muda.”
Azilla
pun pergi meninggalkan tempat dukun tersebut. Ia berniat akan secepatnya
memberikan cokelat tersebut kepada Adib.
--0--
Keesokan
harinya di kediaman Mbah Dukun, ada seorang pemuda yang menemui sang Mbah
Dukun. Pemuda tersebut ialah Naufal yang tak lain adalah teman dari Adib. Ia
berniat untuk meminta bantuan kepada Dukun tersebut supaya sang Dukun
menjampe-jampe gadis yang disukainya, sama hal-nya dengan niat Azilla kemarin.
Mbah Dukun : “Ada masalah apa?”
Naufal : “Begini Mbah saya itu suka
sama seorang cewe, tapi sayangnya si cewe gak suka sama saya Mbah.”
Mbah Dukun : “Oh ya, saya tahu. Saya punya cokelat
yang sudah dijampe-jampe untuk diberikan kepada perempuan yang kamu suka. Siapa
nama perempuannya ?”
Naufal : “Khirani, Mbah. Tapi ampuh
gak?”
Mbah Dukun : “Ampuh-lah, kemarin juga ada yang
datang kesini. Masalahnya pun sama dengan kamu. Masalah, yaaa anak muda jaman
sekarang. Cinta.”
Naufal : “Ih ya gapapa lah Mbah, kayak
Mbah belum pernah muda aja. Mbah siapa aja datang kesini?”
Mbah Dukun : “Mmm siapa ya? Banyak sih, kemarin
kalau gak salah ada remaja perempuan namanya tuh Azz, Azz, Azil~la. Yaa Azilla
namanya.”
Naufal : “Hah? Azilla? Azilla yang
mana, Mbah? Terus siapa cowo yang mau di jampe-jampenya?”
Mbah Dukun : “Azilla yang orangnya putih, tinggi,
cantik tapi bego. Cowonya tuh namanya Adib.”
Naufal : “Hah? Adib? Yang bener Mbah?”
Mbah Dukun : “Benerlah. Kenapa sih dari tadi kamu
nanya terus?”
Naufal : “Aduh Mbah saya mau pulang dulu
ya.” (langsung keluar dari rumah Mbah
Dukun).
Mbah Dukun : (berteriak)
“Eh.. jadi gak?”
Naufal : “Gak jadi Mbah.” (meoleh sambil berteriak).
Mbah Dukun : (garuk-garuk
kepala belakang) “Hhh ... aneh-aneh saja ABG jaman sekarang.”
Sedangkan
di kantin Universitas Arghatafia, pada saat jam istirhat. Terlihat Adib sedang
duduk sambil membaca buku. Azilla yang melihatnya pun segera menghampiri Adib.
Ia berfikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan cokelat dari
Mbah Dukun kepada Adib.
Azilla : “Hai Adib!”
Adib :
“Eh, hai Zi.” (senyum terpaksa) “Ada
apa?”
Azilla : “Aku punya sesuatu buat
kamu, nih.” (memberikan cokelat).
Tiba-tiba ...
Naufal : “Aadddiiiibbbbb!!!!!! Jangan
diterima! Hosh...Hosh...” (dengan nafas
tersenggal-senggal).
Adib :
(wajah heran) “Kenapa gak boleh
diterima?”
Azilla : “Heh! Siapa lo? Larang-larang
Adib nerima cokelat ini?” (wajah garang).
Naufal : “Gue kan sohibnya.” (tak kalah sengit).
(menatap
Adib) “Dib, pokoknya kamu jangan nerima cokelat itu.”
Adib :
“Emangnya kenapa?”
Naufal : “Cokelat itu udah
diguna-gunain sama dia. Dia pergi ke dukun, terus minta dukun itu untuk
ngeguna-gunain kamu lewat cokelat itu.”
Azilla : “Heh jangan fitnah lo! Atas
dasar apa lo ngomong kaya gitu? Lo punya bukti gak kalo gue ngelakuin hal itu,
hah?”
Naufal : “Punyalah gue juga tahu dukun
yang lo datengin.”
Adib : (menatap
sengit Azilla) “Apa yang diomongin sama Naufal itu bener?”
Azilla : “Kamu jangan percaya sama
dia, Dib! Mungkin, mungkin dia sirik
kalo kamu dikasih cokelat sama aku.” (gugup).
Naufal : “Ish siapa yang sirik, kalo
gue mau cokelat ... ya gampang tinggal beli aja kali.”
Azilla : “Sialan lo!”
Naufal : “Apa? Hah? Masalah?”
Datanglah Khirani dan
Ia pun meleraikan Azilla dan Naufal.
Khiran : “Sudah-sudah, kalian ini
kenapa sih? Gak malu diliatin banyak orang?”
Naufal : “Dia duluan noh yang mulai.”
Azilla : “Eh... Lo duluan yang
mulai.”
Adib :
“STTOOOPPPP!!!!! Zi, sebenernya bener gak sih yang diucapin Naufal? Jujur! (membentak).
Azilla : “Eh... Itu sebenarnya...” (gugup)
Khirani : “Zi, ada apa sih sebenernya?”
Azilla : “Sebenernya gu... gue...
Iya gue mau guna-gunain Adib. Maafin aku ya, Dib! Aku nyesel udah ngelakuin hal
buruk kayak gini.” (tertunduk).
Naufal : (tersenyum sinis) “Akhirnya ngaku juga lo”
Adib : “Oh gitu ya! Jadi lo niat mau
guna-gunain gue? Keterlaluan! Dari awal gue
udah gak suka sama sikap lo yang semena-mena ditambah lagi sama kelakuan
yang ini. Benci gue sama Lo!” (pergi
meninggalkan Azilla dengan tangan mengepal).
Khiran : “Oh jadi kamu pergi ke dukun?
Aku kan pernah bilang jangan ngelakuin hal negatif! Sebenernya lo nganggep gue
sahabat ga? Sekarang lo harus minta maaf sama Adib sebelum semuanya terlambat!”
(pergi meninggalkan Azilla).
Naufal : “Mangkanya jadi orang tuh
jangan ngegedein sombongnya! Tapi gedein tuh iman!”
Azilla : “Diem, lo juga maju
guna-gunain orang lain kan?”
Naufal : “Heh! Jangan asal fintah lo
ya!”
Azilla : “Hellooooo.... Terus lo
tahu dari mana kalo gue pergi dukun?”
Naufal : “Eu... Eu... Heh! Gak usah nyari-nyari
kesalain orang lain!” (pergi meninggalkan
Azilla).
Azilla : “Huuu munafik lo...”
“Arrgghhhhhhhh....
Adib maafin gue!” (menunduk frustasi).
Setiap hari Azilla tidak pernah absen
untuk meminta maaf kepada Adib. Hingga pada Akhirnya Adib mau memaafkan Azilla
dengan syarat Azilla harus membuang semua sifat buruknya. Lambat laun, Azilla
pun berubah menjadi gadis yang baik hati. Naufal yang tadinya berniat pergi ke
dukun mengurungkan niatnya, karena itu adalah perbuatan yang tidak baik. Dan
sekarang Naufal dan Khirani menjadi sepasang kekasih tanpa melewati dukun. Dan
sang dukun pun akhirnya beralih profesi, karena ia menyadari bahwa pekerjaannya
merupakan pekerjaan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar