Selasa, 23 Februari 2016

Resensi Novel

          Judul novel        : Bumi Cinta
          Penulis               : Habiburrahman El Shirazy
          Penerbit             : Ihwah Publishing House
          Tahun terbit       : 2011 (Cetakan 1)
          Jumlah halaman : 546 halaman
Habiburrahman El Shirazy adalah fenomena multitalent Indonsia. Kang Abik, demikian ia akrab disapa penggemarnya, dinobatkan sebagai Novelis No. 1 di Indonesia oleh INSANI UNDIP (Unversitas Diponegoro), dan dijuluki Si Tangan Emas oleh majalah MATABACA (edisi Juni 2007) lantaran karya-karyanya yang selalu meledak dipasaran dan terus diburu para pembaca dan penggemar setianya. Wajar, jika kemudian berbagai penghargaan bergengsi telah diraih oleh novelis sarjana Al Azhar University Cairo ini.  sampai saat ini dia telah menulis belasan judul buku dan hampir semua buku yang ditulisnya best seller. Salah satunya adalah novel Bumi Cinta yang merupakan karyanya yang keempat.
Novel yang bersetting musim dingin bersalju hingga awal musim hangat ini dibingkai dengan cover yang indah dan unik. Dimana nama penulis lebih ditonjolkan daripada judulnya sendiri.
Novel Bumi Cinta ini menceritakan seorang mahasiswa Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang sedang menyelesaikan studi S2 di New Delhi, India. Muhammad Ayyas ini merupakan pria yang taat beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Sebelumnya ia menyelesaikan gelar S1 di Universitas Islam Madinah. Singkat cerita, Muhammad Ayyas ini berencana melakukan riset untuk tesisnya mengenai kehidupan umat Islam di Rusia pada masa Pemerintahan Stallin. Oleh dosen pembimbingnya ia disarankan untuk melakukan riset langsung ke Moskwa, Rusia. Disana ia akan dibimbing oleh Profesor Abramov Tomskii yang berasal dari Moskovskyj Gosudarstevnnyj Universiteitimeni Lomonosova (GMU) yang merupakan kawan baik dari dosen pembimbingnya. Moskwa sendiri merupakan ibukota negara Rusia, sebuah negara yang paling bebas sedunia, sebagian besar penduduknya menganut faham free sex radikal dan pengakses situs porno terbesar di dunia.
Akhirnya Ayyas berangkat ke Rusia. Setiba di Moskwa, Rusia, ia dijemput oleh teman lamanya yang bernama Devid. Devid jugalah yang diminta tolong oleh Ayyas untuk mencarikan tempat tinggal. Karena keterbatasan biaya dan pertimbangan keamanan, Ayyas ditempatkan oleh Devid di sebuah apartemen yang berisi dua wanita Rusia yang cantik jelita bernama Yelena dan Linor. Pada mulanya Ayyas menolak untuk tinggal di sana tetapi setelah diyakinkan oleh Devid, Ayyas pun bersedia untuk tinggal sementara di sana. Dari sinilah segala permasalahan muncul menghampiri Ayyas.
Yelena yang mengaku sebagai agen wisata sebenarnya adalah seorang pelacur kelas atas sementara Linor merupakan agen Mossad yang bekerja pada Israel. Godaan selalu datang ketika Ayyas harus pulang ke apartemen dan bertemu dengan kedua wanita Rusia cantik tersebut. Apalagi ketika di apatemen, keduanya selalu berpakaian minim, terutama Linor. Hal tersebut ditambah lagi dengan halangan dari Profesor Tomskii yang harus pergi mengikuti konferensi yang kemudian menyerahkan tugas pembimbingnya kepada asistennya seorang doktor muda yang cantik bernama Anastasia Palazzo.
Yelena merupakan penganut faham Atheisme. Padahal dulu ia pernah beragama, bahkan ia pernah menikah dengan seorang pria muslim. Namun ia akhirnya pergi ke Moskwa dan menjalani hidup sebagai pelacur. Yelena ini sebenarnya ingin keluar dari dunia hitamnya yang telah ia jalani dan Ayyas mendukung penuh keinginannya tersebut. Namun sayang mucikari dimana Yelena bekerja merasa tidak suka. Yelena pun berencana dihabisi hingga ditemukan oleh Ayyas di tengah jalan yang bersalju tebal dalam keadaan sekarat setelah dipukuli oleh orang suruhan mucikrinya.
Kemudian Linor yang merupakan agen Zionis Israel Yahudi merasa sangat tidak suka dengan pria muslim. Seringkali ia berusaha meruntuhkan keimanan Ayyas dengan  godaan-godaan tubuhnya. Namun Ayyas tetap kuat. Hingga akhirnya Linor melaporakan keberadaan Ayyas pada rapat penting orang-orang Israel. Linor diminta untuk memasang alat penyadap di dalam kamar Ayyas. Mereka bermaksud menjebak Ayyas untuk dijadikan kambing hitam pelaku pengeboman, supaya dunia semakin benci terhadap orang-orang Islam.
Linor secara diam-diam memasukkan tas ransel yang berisi bom ke dalam kamar Ayyas. Hingga pada salah satu stasiun TV dikabaran bahwa Ayyas yang melakukan pengeboman itu. Beruntugnya pada saat pengeboman terjadi, pada saat itu pula Ayyas sedang menjadi narasumber acara Talk Show bersama Dr. Anastasia Palazzo. KBRI pun membela Ayyas dengan sekuat tenaga hingga akhirnya Ayyas dibebaskan dari tuduhan.
Di akhir cerita, Yelena akhirnya dapat keluar dari dunia hitamnya dan menikah dengan Devid. Sementara Linor yang mengetahui bahwa dirinya adalah keturunan dari seorang ibu Palestina  yang dibunuh oleh tentara Israel akhirnya keluar dan lari dari agen Mossadnya dan berubah menjadi seorang wanita muslimah. Linor kemudian mencari Ayyas untuk mengucapkan terima kasih sekaligus meminta untuk membimbingnya hijrah dan dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Namun sayang ternyata agen Mossad yang lain mengetahui keberadaanya, hingga Linor berlumuran darah ditembaki peluru tajam sebelum Ayyas sempat menerima ajakan Linor yang memintanya untuk jadi pendamping hidupnya.
Kelebihan dari novel ini ceritanya serasa mengajak pembaca berimajinasi tentang indahnya kota Moskwa di Rusia yang kaya akan peninggalan-peninggalan bersejarah, isinya yang sarat akan dakwah dan akhir kisahnya yang menggantung, yaitu ketika Linor ditembak oleh agen Mossad setelah ia berhijrah ke Islam. Hingga bagian terakhir tidak diketahui apakah Linor ini selamat atau meninggal. Akhir yang seperti ini yang membuat pembaca penasaran sehingga penulis membiarkan pembaca menyelesaikan ceritanya dengan imajinasi pembaca itu sendiri. Buku ini sangat layak dibaca karena di dalamnya terselip pengetahuan-pengetahuan, penulisannya yang rapih sangat nyaman dibaca.

Selain kelebihan, novel ini juga memiliki kekurangan yaitu penulis terlalu melebih-lebihkan kepribadian tokoh utamnya, sehingga terkesan terlalu sempurna. Selain itu sisipan-sisipan sejarah yang diceritakan terlalu detail yang membuat bosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar